Tuesday, September 28, 2010

Terjemahan Melayu dari Kitab Maulid Al- Barzanji

Ini adalah sebahagian isi kandungan yang dinukil dalam kitab Al-Barzanji karangan Sayid Syeikh Ja’far Al Barzanji untuk kita nilai dan kongsi bersama.

Terjemahan:

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG

Aku mulakan riwayat Maulid ini dengan nama Allah yang Maha Tinggi derajatNya, dengan hal keadaanku mengharapkan limpah berkat pada segala apa yang dikurniakan kepada ku olehNya, dan juga aku mengucapkan sepenuh penuh kepujian dengan segala senang hatiku kepadaNya, ialah karena aku syukurkepadaNya dengan syukur yang seelok-eloknya.

Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la mengurniakankesejahteraan dan rahmatNya, kepada Nur yang la telah jadikan terdahuludaripada segala makhluk yang lainnya, yaitulah Nur yang telah berpindah-pindahdaripada satu dahi kepada satu dahi yang mulia keadaannya, yaitulah dahimoyang-moyang Nabi kita Muhammad Sall-Allahu alaihi-wa-sallam sehingga kepada dahi Abdullah ayahandanya.

Dan aku memohon lagi kepada Allah muga-muga Ia mengurniakan keredhaanNya, kepada keluarga Nabi kita itu khasnya, dan kepada sahabat-sahabatnya dan sekalian orang-orang Islam amnya.

Dan pula aku memohon kepada Allah yang maha sempurna zatNya dan segala sifat-sifatNya, muga-muga la mengurniakan kepada kita sekalian petunjuk kepada jslan yang terang lagi nyata benarnya. Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la memelihara kita daripada kesesatan pada langkah-langkah kita ke semuanya.

Setelah apa yang tersebut itu maka sekarang aku bentangkan kisah sejarah hidup Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan ringkasnya, dan aku susunnya dengan menyatakan mula-mula sekali nasab keturunannya yang menyenangkan siapa yang mendengarnya, dan aku meminta tolong kepada Allah Ta’ala yang Maha Kuasa dan Maha Kuat sifatNya karena bahwasanya tiada daya dan tiada upaya melainkan semata-mata pada Allah jua letaknya.

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Aku nyatakan bahwa Nur yang tersebut tadi itu akhirnya telah menjadilah Penghulu kita Saiyidina Muhammad muga-muga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya. Saiyidina Muhammad itu ialah anak Abdullah, dan Abdullah itu anak Abdul Muttalib maka Abdul Muttalib itu juga digelarkan oleh orang sebagai Syaibatul Hamd namanya. Dan Abdul Muttalib itu anak Hasyim yang digelarkan Amr anak Abdi Manaf yang juga dinamakan AI mughirah anak Qusai dan Qusai ini Mujamma’ gelarannya. Perkataan Qusai ini asal maknanya ialah Kejauhan karena ia tinggal di Mekah pada mula-mulanya. Tetapi ketika kecilnya lagi ia telah dibawa pindah oleh ibunya ke negeri Qudhaa’ah yang jauh letaknya. Tetapi akhirnya ia telah dikembalikan oleh Allah ke negeri Mekah yang dimuliakan tanahnya. Lalu ia pun telah menjaga negeri Mekah itu dengan seteguh-teguhnya.

Maka Qusai itu ialah anak Kilab yang juga dinamakan Hakim anak Murrah anak Ka’ab anak Lu-ai anak Ghalib anak Fihir yang juga disebutkan Quraish namanya. Dan nama Quraish inilah dipakai bagi kaum Quraish itu yang mengandungi anak cucunya. Tetapi sebelum kaum itu dinamakan Quraish maka Kinanilah namanya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh banyak pakar- pakar nasab yang luas pengetahuannya. Dan mereka itu telah tetap berkepercayaan dan berpuas hati bahwa begitulah keadaannya. Dan Fihir atau Quraisy itu pula anak Malik yang ialah pula anak Nadhar anak Kinaanah anak Khuzaimah anak Mudrikah anak Ilyas seterusnya.

Dan Ilyas inilah orang yang mula-mula sekali menghadiahkan unta-unta kepada Tanah Haram Mekah untuk ia membuat kurban akannya. Dan telah didengar oleh orang dari dalam tulang sulbi Ilyas itu akan suara Nabi kita Muhammad s.a.w. menyebut-nyebut dan memuji-muji Allah Ta’ala dan mengucap talbiah kepadaNya. Ilyas itu pula anak Nizar anak Ma’ad anak Adnan dan begitulah nasab itu susunannya.

Maka susunan keturunan atau nasab Rasulullah s.a.w. ini mengikut sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadith Nabi kita s.a.w. yang benar keadaannya. Dan Adnan itu nasabnya bersambung hingga kepada seorang kekasih Allah yaitulah Nabi Ibrahim moga-moga Allah cucurkan rahmat keatasnya. Tetapi Nabi kita telah melarang dan menahan supaya jangan disebutkan satu persatu nama ninda-nindanya yang daripada Adnan hingga kepada Nabi Ibrahim moyangnya. Tetapi tidak syak lagi di sisi ahli-ahli yang mahir berkenaan keturunan Nabi kita itu atau nasabnya, bahwa Adnan itu ialah keturunan dari Nabi Ismail moga-moga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya.

Dan Nabi Ismail itu pula ialah seorang putera Nabi Ibrahim yang terkenal kelebihannya. Maka sungguh cemerlang keturunan itu seolah-olah bagaikan seutas rantai yang ditatah oleh permata-permata yang gemerlapan seperti bintang-bintang indahnya. Betapa tidak karena bukankah Penghulu kita saw. itu menjadi permata yang terpilih yang berada ditengah-tengahnya, dan walaupun dia asalnya seorang yatim tetapi Allah Ta’ala telah memeliharanya. Alangkah mulia keturunan yang tersebut itu yang kesemuanya telah dipelihara oleh Allah dari kejahatan zina di masa jahiliah dahulunya.

Adapun keterangan ini ada diriwayatkan oleh Syeikh Zainuddin seorang Iraq bangsanya, didalam sebuah karangan yang lezat ceteranya.

Maka untuk memuliakan Nabi kita s.a.w. dan memeliharanya itulah sebabnya Allah Ta’ala telah memelihara seluruh nenek moyangnya, dari melakukan maksiat zina yang sangat keji adanya. Maka oleh karena itu tidaklah kekejian zina itu mengenai nasabnya. Kesemua datuk nenek Nabi saw. dari Nabi Adam hingga kepada ayahandanya Abdullah dan bundanya Aminah tidak pernah melakukan zina sekaliannya.

Maka cahaya kenabian Nabi kita itu telah berpindah-pindah pada tiap-tiap dahi nenek moyangnya itu dengan nyatanya. Dan semakin ternyata cahaya itu seumpama bulan purnama pada dahi Abdul Muttalib datuknya dan pada dahi Abdullah bapaknya

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Dan apakala Allah Ta’ala berkehendak menjadikan Nur yang tersebut itu sebagai RasuINya, yang dinamakan Muhammad dengan mempunyai roh dan jasad serta sifat-sifatnya, maka Allah Ta’ala pun memindahkan cahaya itu dari Saiyidina Abdullah ayahandanya, kepada rahim Sitti Aminah Az-zuhriah bundanya. Dan Allah Ta’ala yang senantiasa dekat pada mereka yang taat kepadaNya, dan yang memperkenalkan doa mereka yang berdoa dengan bersungguh-sungguh kepadaNya, telah menentukan bahwa Sitti Aminah itulah yang menjadi ibu bagi Nabi PilihanNya, serta sekalian Malaikat telah berseru-sera mernberitahu kepada segala petala langit dan bumi dengan lantangnya, berkenaan mengandungnya Sitti Aminah akan Nur Nabi Allah itu dan Pesuruh-Nya.

Dan mereka yang telah mengetahui akan kedatangan Nabi saw., itu serta menunggu-nunggunya, telah merasa sangat sukacita dan bertambah tambah rindu terhadap kezahirannya, seolah-olah perasaan mereka seperti ketika angin sepoi-sepoi bahasa bertiup pada waktu subuh dengan lembutnya, yang menjadikan mereka rindu kepada matahari yang akan terbit kemudiannya. Dan jadilah subur segala tumbuh tumbuhan di Tanah Mekah setelah beberapa lama keringnya, laksana bumi dipakai dengan pakaian yang hijau yaitu Sundus namanya. Dan pada masa itu juga buah-buahan telah mulai menjadi ranum rasanya, dan telah hampirlah masa tuan-tuan empunya pohon buah-buahan itu memetiknya.

Dan pula berkenaan mengandungnya Siti Aminah itu maka segala singgasana raja-raja kafir pada ketika itu telah runtuhlah dengan sekonyong-konyongnya, dan pula segala berhala-berhala telah tersungkur ke atas mukanya dan mulutnya, dan segala binatang-binatang jinak dan liar baik di darat atau di taut telah berasa amat sukacitanya, ialah dengan sebab segala binatang-binatang itu telah menerima berita berkenaan Junjungan kita s.a.w. itu sudah dikandung oleh Sitti Aminah yang bertuah nasibnya. Bahkan lain-lain makhluk juga pada masa itu telah merasai lezat kesukaan dengan amat gembiranya, umpama dapat minum segelas air yang sangat menyegarkan rasanya.

Dan pula segala jin-jin telah diberitahu akan kabar yang menyenangkan itu dengan jelasnya, tetapi pula sekalian tukang tukang tilik dan ahli-ahli sihir telah berasa lemah dengan gemetarnya, dan demikian juga ulama’-ulama’ Nasrani telah takut dan bimbang ialah dengan sebab telah dekat masa kedatangannya.

Dan telah sibuklah sekalian orang-orang yang mengetahui hal itu bercakap-cakap dan bertanya-tanya berkenaannya, dan mereka itu telah tercengang dan heran mendengarkan berita-berita tentang keelokan sifat-sifatnya, sebagaimana yang ada seperti di dalam Kitab kitab Suci yang dahulu seperti Taurat dan Injil dan sebagainya.

Dan ketika Sitti Aminah yang mengandung itu sedang tidur tiba tiba datanglah suatu wujud kepadanya; lalu wujud itu berkata: “Hai Aminah sesungguhnya engkau telah mengandung Penghulu sekalian manusia dan sebaik-baik makhluk adanya. Dan apabila engkau sudah melahirkan dia nanti dengan selamat, maka engkau namakanlah dia Muhammad yang berarti seorang yang terpuji ialah karena ia akan dipuji kesudahannya.”

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Dan apabila Nabi kita telah dikandung dua bulan oleh ibunya menurut pernyataan ahli-ahli sejarah yang masyhur riwayatnya, maka wafatlah di negeri Madinah, Sayidina Abdullah, ayahandanya. Dan keadaan wafatnya di sana: ia sedang melalui kota itu lalu ia singgah di tempat ninda-ninda saudaranya, yaitu keluarga Bani ‘Adi dari suku Najjar, tiba-tiba ia mendapat sakit di sana sebulan lamanya, lalu mereka pun telah merawatnya serta mencoba mengobati penyakitnya, tetapi usaha mereka tiada berhasil seperti yang mereka harapkan, lalu wafatlah Sayidina Abdullah di sana karena sudah sampai ajalnya, lalu di sana juga mereka mengebumikannya.

Dan ketika Sitti Aminah telah sempurna mengandung Nabi saw. sembilan bulan lamanya, menurut perkataan ahli-ahli Tarikh yang kuat keterangannya, pada ketika itu juga telah mulai tiba musim akhir kemarau, tiba-tiba datanglah kepada ibu Nabi saw. pada malam menjelang kelahirannya, Sitti Asiah dan Sitti Mariam serta beberapa bidadari dari Surga, maka mulailah Sitti Aminah merasa sakit untuk bersalin kemudian ia pun melahirkan Junjungan kita di dalam keadaan dengan cahanya yang gilang-gemilang.

(BERDIRI)

Cahaya yang seperti matahari bersihnya
Menerangi malam dengan amat terangnya:
Malam yang dilahirkan Nabi kita didalamnya
Yang membawa agama yang nyata benarnya.
Maka karena itu dapatlah Sitti Aminah ibunya
kemegahan yang wanita lain tidak mendapatinya:
la membawa seorang putera untuk manusia sekalian:
Putera yang lebih mulia dari anak Mariam yang dara.
Kelahiran Nabi kita pada pandangan kafir umumnya
ialah suatu kedukaan yang terasa sangat berat.
Maka bertalu-talulah suara bersorak dengan riuhnya:
“Telah zahir Nabi pilihan; inilah kegembiraan yang sebenarnya.”

Demikianlah keadaan dilahirkan Nabi kita itu dengan ringkas, dan telah disetujui oleh ulama’-ulama’ dan ketua-ketua Islam sekalian, bahwa sangat patut kita berdiri ketika kita sampai di sini membacanya, ialah untuk menunjukkan kesukaan kita kepada kelahiran Nabi dan cinta kepada dirinya, dan juga untuk menandakan bahwa kita memuliakannya. Maka sungguh bertuahlah siapa yang suka memuliakan Nabi s.a.w. itu sebagai tujuan hidupnya.

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Maka lahirlah Nabi kita Muhammad saw. itu dari bundanya dengan meletakkan ke atas bumi dua belah tangannya, dan ia mendongakkan mukanya kelangit serta terbuka matanya, keadaan begitu adalah sebagai menandakan kemuliaannya dan ketinggiannya, serta kelebihan kelebihannya yang melebihi makhluk lain semuanya. Dan juga yang demikian itu adalah menunjukkan bahwa ia kekasih Allah yang dijadikan sangat indah perangainya dan bentuk rupanya.

Dan setelah dilahirkan Nabi s.a.w. itu maka segeralah Siti Aminah ibunya memanggil Abdul Muthallib nindanya, dan ketika itu Abdul Muthallib ada di Ka’abah sedang tawaf mengelilinginya, lalu apabila mendengar yang demikian itu besarlah kegembiraannya. la pun datang melihat Nabi dengan segera, dan kemudian ia membawa Nabi ke Ka’abah lalu masuk ke dalamnya, dan ia berdiri di situ serta berdoa kepada Allah dengan niat bersihnya, dan ia bersyukur kepada Allah karena telah dikurniakan seorang cucunda kepadanya.

Nabi kita Muhammad s.a.w. itu dilahirkan dengan sangat bersih keadaannya, serta ia telah berkhitan dan telah terpotong pusatnya dari dalam perut ibunya. Dan harum bau tubuhnya, serta berminyak rambutnya, serta tercelak kedua matanya, adalah dengan kudrat dan kehendak Tuhannya. Inilah riwayat yang masyhur walaupun ada sebagian ularna’ yang lain mengatakan bahwa Nabi kita itu telah dikhitan oleh Abdul Muttalib nindanya setelah Nabi sempurna tujuh malam umurnya. Dan nindanya itu telah mengadakan majelis jamuan karena bersesuaian dengannya, serta ia menamakan dia Muhammad dan memuliakan kedudukannya.

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Maka telah terjadilah beberapa kejadian yang mengherankan ketika dilahirkan, dan yang demikian itu ialah sebagai tanda-tanda untuk menguatkan iman kita bahwa Nabi itu dipilih oleh Allah untuk dijadikan NabiNya dan Rasul-Nya.

Satu dari perkara-perkara yang luar biasa itu sebagaimana yang tersebut tadinya, ialah ketika dilahirkan Nabi kita maka malaikat-malaikat yang menjaga langit telah ditambah bilangannya, supaya langit itu menjadi lebih kukuh pemeliharaannya, dan telah dihalau dari langit segala jin-jin yang ingkar dan syaitan-syaitan yang jahat kelakuannya, dan telah dilemparkan kepada semua syaitan-syaitan yang hendak naik ke langit itu api yang membakar, dan telah turun kepada Nabi kita beberapa bintang-bintang yang terang cahayanya, dan dengan sebab ini teranglah pada malam itu Kota Mekah baik tanah ratanya atau bukit-bukitnya.

Dan juga telah keluar bersama-sama Nabi saw. suatu cahaya yang amat terang keadaannya, yang menerangi seluruh tempat dilahirkan Junjungan kita saw., sama seperti cahaya lampu-lampu yang menerangi mahligai raja Romawi di Syam negerinya. Maka dilihat cahaya itu oleh mereka-mereka yang tinggal di Tanah Mekah.

Dan juga telah roboh istana raja Parsi di dalam negeri Iraq di Kota Madain tempatnya. Maka istana yang roboh itu telah dibangun oleh raja Parsi yang bernama Anusyarwan dengan megah, maka runtuh empat belas menara yang tinggi dari menara-menaranya, dan telah berguncang kerajaan Parsi itu dengan sebab terperanjat pada kejadian-kejadian yang dengan tiba-tiba menimpanya. Dan beberapa api yang disembah oleh orang-orang kafir Parsi tiba-tiba padam pada malam itu, padahal api itu dijaga oleh mereka dan tidak pernah padam dari semenjak seribu tahun sebelumnya. Maka padamnya api itu ialah dengan sebab terbitnya cahaya wajah Nabi s.a.w yang bersinar seperti terangnya bulan empat belas.

Dan juga pada ketika itu keringlah air telaga yang bernama Sa’awah yang terletak di antara negeri Hamdan dan Qom di dalam negeri Parsi. Maka telaga itu jadi kering karena telah kering semua mata-airnya, tetapi sebaliknya telah melimpah pula air pada lembah yang bernama Samawah padahal biasanya lembah itu kering kerontang dan banyak batunya, serta tidak pernah sebelum itu dapat dijumpai air di situ walaupun untuk menghilangkan dahaga siapapun yang kering kerongkongannya.

Dilahirkan Junjungan kita saw. itu di suatu tempat yang dikenali dengan nama Al ‘Iraas di dalam negeri Mekah letaknya, dan Mekah itu ialah negeri yang tidak boleh dipotong pohon pohonnya dan tidak boleh dicabut rumput-rumputnya.

Maka telah sedikit berselisih pendapat ulama’ Sejarah berkenaan dilahirkannya Junjungan kita saw. itu tentang tahunnya, dan juga tentang bulannya dan harinya. Tetapi pendapat yang kuat diantara pendapat-pendapat tadinya, ialah Junjungan kita saw. itu telah dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal di dalam Tahun Gajah namanya, karena pada tahun itu raja negeri Habsyah telah mencoba menyerang kota Mekah dengan menggunakan gajah-gajah yang banyak jumlahnya. Tetapi Allah Ta’ala telah menyekat dan menghalang mereka untuk sampai ke Mekah karena la memeliharanya.

YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA

Bahwa Junjungan kita saw. itu disusui oleh ibunya selama beberapa hari masanya, dan kemudian ia disusui oleh seorang perempuan yang bernama Tsuwaibah dari kaum Aslam namanya. Tsuwaibah itu asalnya seorang budak kepunyaan Abu Lahab tetapi Abu Lahab telah memerdekakannya, ketika Tsuwaibah itu datang memberitahu akan kelahiran Junjungan kita itu kepadanya. Maka Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah karena berita itu sangat menggembirakan hatinya.

Maka Tsuwaibah juga menyusui bersama Rasulullah anak lelakinya sendiri Masruh namanya, dan juga seorang anak lelaki orang lain yaitu Abi Salamah gelarannya, serta Tsuwaibah itu sangat memuliakan Nabi dan menghormatinya. Dan sebelum itu Tsuwaibah juga telah menyusui Sayidina Hamzah seorang paman Nabi saw. yang dipuji karena jasanya karena ia banyak menolong dan mempertahankan Agama Islam serta membelanya.

Dan kemudian nanti pada ketika Nabi saw. telah menjadi Rasul dan telah hijrah ke Madinah, Nabi mengirim kepada Tsuwaibah itu dari Madinah hadiah uang dan pakaian yang layak baginya. Maka selalu hadiah itu datang dari Nabi saw. kepada Tsuwaibah hingga Tsuwaibah menemui ajalnya.

Ada sebagian orang mengatakan bahwa Tsuwaibah berpegang terus pada agama kaumnya, yaitu agama jahiliah hingga matinya, tetapi ada pula orang yang mengatakan bahwa ia telah memeluk Islam sebelum akhir hayatnya, dan perselisihan ini disebutkan dan diceritakan oleh lbnu Mandah yang terkenal namanya.

Bahwa setelah Nabi saw. disusui oleh Tsuwaibah yang telah disebut tadi, maka ia telah disusui pula oleh seorang perempuan muda yang digelari Halimah As sa’diah, dan Halimah sebelum Nabi saw. disusui olehnya, ia telah mencoba mencari upah dengan susah payah, untuk hendak menyusui siapa saja anak-anak orang Mekah, tetapi telah ditolak oleh mereka dengan sebab kemiskinannya. Tetapi ketika ia menyusui Rasulullah saw. maka ia menjadi lega dan berkat kehidupannya, pada hari itu juga sebelum terbit matahari, setelah ia menderita kepicikan dan kesusahan yang sulit ditanggung olehnya.

Maka Allah Ta’ala telah mengurniakan kepada Halimah itu air susu yang banyak lagi putih dan bersih keadaannya. Maka menyusulah Nabi saw. akan susu yang di sebelah kanannya, manakala seorang anak lain menyusu pula akan susu yang di sebelah kirinya, lalu jadilah Halimah itu mewah dan senang kehidupannya, padahal sebagaimana telah disebutkan tadi, keadaan Halimah sebelum itu papa serta kurus dan lemah badannya. Bahkan menjadi gemuk seekor unta dan beberapa ekor kambing yang dipelihara olehnya, dan hilanglah dari sisi Halimah itu segala bala’ dan kecelakaan dan sebagainya, bahkan sebaliknya kehidupan Halimah itu telah diliputi oleh keadaan yang bertuah selanjutnya, yaitu murah rezeki serta senang dan aman dengan sepenuhnya.




Hulagu Khan dan Kejatuhan Empayar Abbasiyah

Hulagu bersama Ratu Kerait Doquz Khatun

Hulagu Khan, juga dikenali sebagai Hulagu, Hülegü atau Hulegu (Mongolia: Хүлэгү, Khülegü; Chagatai/Parsi: ہلاکو - Halaku; Arab:هولاكو; c. 1217 – 8 Februari 1265), ialah cucu kepada Genghis Khan. Beliau adalah individu yang bertanggungjawab dalam penaklukan negara Parsi, dan menamatkan pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad. Beliau juga bertanggungjawab mewujudkan Pemerintahan Mongol II di Parsi. Selepas menguasai Aleppo dan Damsyik, tenteranya maju namun ditewaskan oleh Tentera Mamluk di Mesir pada tahun 1260.

Pada masa kekuasaannya dia berhasil menaklukan banyak wilayah di Asia barat daya atau yang sekarang lebih dikenal dengan Timur Tengah, dengan diikuti oleh kekejaman yang luar biasa pada setiap daerah yang ditaklukkannya termasuk penghancuran kota Baghdad yang pada saat itu terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahun dunia pada tahun 1258 yang diikuti oleh pembantaian besar-besaran penduduk yang tinggal disana. Hulagu adalah anak dari Tolui dan Sorghaghtani Beki seorang wanita Nasrani. Dia termasuk cucu dari Genghis Khan dan masih bersaudara dengan Arik Boke, Mongke dan Kublai Khan.

Latar Belakang Penyerbuan ke Wilayah Muslim

Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan (1251-1258) untuk menakluk wilayah yang dikuasai kaum muslimin Lurs dan Hashashim di Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap daerah yang memberikan perlawanan.

Hulagu bercadang hendak menakluk wilayah muslim Lurs (di daerah Iran) dan Hashashimkemudian beliau mahu menakluk Kota Abbasiyyah pula di Baghdad, seterusnya mahu menjatuhkan Kerajaan Ayyubi di Syria dan yang terakhir menundukkan Kerajaan Mamluk di Mesir.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Hulagu untuk menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya iaitu : Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa termasuk kristian fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang muslim. Juga para penasihatnya banyak yang berasal dari Parsi yang memang berharap dapat membalas dendam di atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika Parsi ditakluk oleh pasukan muslim pada zaman Khalifah Umar bin Khattab.

Menuju Baghdad

Hulagu memulakan ekspidisi peperangannya menuju ke wilayah Lurs dengan membawa pasukan yang mungkin terbesar yang pernah dikerahkan oleh Kerajaan Monggol yg dipimpin oleh panglima yang beragama Kristian, Kitbuqa. Dengan mudah dia dapat menghancurkan Lurs, dimana berita ini rupanya membuatkan penduduk Hashashim merasa takut sehingga mereka menyerah begitu saja tanpa berlawan padahal sebenarnya mereka mempunyai pertahanan benteng Alamut yang sangat kuat dan sulit ditembus sebelumnya. Dengan tertakluknya dua wilayah ini , keyakinan Hulagu untuk menakluk Baghdad lebih tinggi .

Pertempuran Baghdad

Tentara Monggol yang dipimpinan Hulagu tiba di luar kota Baghdad pada bulan November 1257. Hulagu mengirim utusan kepada khalifah Al-Musta'sim agar menyerah, tetapi khalifah menolak dan memberi peringatan kepada Hulagu bahawa mereka akan dimurkai Allah jika mereka tetap menyerang kerajaan yang dipimpinnya.

Banyak catatan sejarah yang menyebutkan bahwa ini adalah kesalahan dar Khalifah kerana membuat Hulagu marah dan mempunyai alasan untuk membumihanguskan Baghdad dan membantai warganya padahal khalifah waktu itu masih belum sempat untuk menyiapkan serangan, merekrut tentara mahupun memperkuat benteng disekitar Baghdad jadi beliau belum bersedia menghadapi serbuan bangsa Mongol.

Hulagu segera membagikan pasukannya menjadi dua bagian besar untuk menyerbu Baghdad iaitu dari Barat dan Timur sungai Tigris. Awalnya pasukan muslim berhasil mengalahkan serbuan dari barat, tetapi mereka berhasil dikalahkan di pertempuran berikutnya. Serangan bangsa Monggol ini berhasil menyusup ke garis belakang pasukan muslimin dan mereka tanpa belas kasihan membunuh tentera-tentera muslimin .

Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung dibawah pimpinan panglima Monggol , Guo Khan. Pada tanggal 5 Februari, mereka berhasil menguasai benteng disekitar baghdad. Khalifah berusaha berbincang dengan Hulagu tetapi ditolaknya . Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad secara rasminya dikuasai oleh pihak Monggol .


Tentera Hulagu Khan ketika mengepung Kota Baghdad 1258.

Pasukan Monggol mulai memasuki kota pada tanggal 13 Januari 1258 , dimana minggu itu merupakan minggu yang sungguh tragis dan jerit tangis warga kota Baghdad . Penyiksaan , anak gadis diperkosa dan pembakaran terjadi dimana-mana. Bangsa Monggol menghancurkan Masjid, perpustakaan, istana , hospital , dan juga banyak bangunan bersejarah . Perpustakaan Kota Baghdad (saat itu Baghdad terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia) yang penuh dengan buku-buku sejarah, kedoktoran dan astronomi dan lainnya dipunggah dan semuanya dilempar ke sungai Tigris, para saksi mengatakan warna air sungai Tigris berubah menjadi hitam akibat daripada dakwat buku yang dibuang oleh pihak Monggol .

Khalifah Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih dijalan-jalan dan hartanya yang dirampas . Kemudian setelah itu Khalifah dibunuh dengan cara dibungkus dengan permadani dan diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali anak perempuannya yang dihantar ke Monggol untuk dijadikan hiburan .

Sejarawan Islam, Abdullah Wassaf mengatakan penyiksaan warga kota Baghdad mencapai beberapa ratus ribu orang. Ian Frazier dari majalah The New York Worker mengatakan jumlah rakyat kota abbasiyyah yang dibunuh sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang.

Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan dunia.

Kekalahan Pasukan Hulagu

Pada Tahun 1259, Hulagu berjaya menakluk Kerajaan Ayyubi di Syria tanpa pertumpahan darah kerana mereka menyerah . Fokus Hulagu Khan ialah untuk ke Mesir menakluk Kerajaan Mamluk . Akan tetapi khabar kematian Mongke membuat Hulagu segera pulang kenegerinya dan menyerahkan komando pasukan sepenuhnya kepada Kitbuqa untuk menyerang Kerajaan Mamluk di Mesir.

Khalifah Mamluk Saifuddin Qutuz segera mengirim pasukan keluar untuk menghalang dan akhirnya mereka bertemu di palestin . Terjadilah pertempuran di Ain Jalut yang terkenal itu dimana Kitbuqa berhasil ditangkap dan dibunuh oleh pasukan muslim dan pasukannya tewas di tangan kaum muslimin dengan penuh keyakinan . Peperangan ini dianggap sangat penting karena setelah itu bangsa Monggol secara bertahap mengalami kemunduran dan bahkan dihalau dari Syria.

Pasukan Hulagu yang dikirim untuk membalas kekalahan dari Kerajaan Mamluk sebagian dihalang oleh pasukan Berke Khan, Khan yang menguasai wilayah Rusia dan Kaukasus yang sudah memeluk agama Islam dan bersekutu dengan Kerajaan Mamluk dalam menghadapi serbuan balasan ini. Terjadilah perang saudara, yang terkenal dengan sebutan perang Berke-Hulagu yang berakhir dengan kekalahan telak dari pasukan Hulagu. Sebagian pasukan Hulagu lainnya yang berhasil sampai di Syria bertempur dengan pasukan muslim dari Kaum Mamluk di bawah pimpinan Baibars dan berhasil dihancurkan juga.

Menurut sejarawan Rashid al-Din, pada saat kota Baghdad jatuh dan mendengar kekejaman Hulagu, sebenarnya Berke Khan sudah mengirim surat kritikan kepada Mongke atas kelakuan Hulagu tetapi dia tidak tahu bahwa Mongke sudah meninggal saat itu dalam perjalanan ke China. Banyak sejarawan mengatakan banyak jasa yang diberikan oleh Berke Khan sehingga menyelamatkan Timur Tengah dari pembalasan Hulagu.

Kematian Hulagu Khan

Hulagu Khan meninggal pada tahun 1265 dan dimakamkan di Pulau Kaboudi yang terletak di dalam Danau Urmia. Dia digantikan oleh anaknya, Abaqa yang tetap meneruskan peperangan dengan Berke.


Thursday, September 23, 2010

IMAM AL-SYAFIE DALAM PERSOALAN KENDURI ARWAH

Oleh:
Mohd Hairi Nonchi

Adakah upacara tahlilan/kenduri arwah ini merupakan suatu yang dianjurkan oleh Imam al-Syafie dan para ulamak bermazhab Syafie sebagaimana yang didakwa oleh sesetengah pihak? Bagi menjawab persoalan ini, marilah kita perhatikan fatwa-fatwa Imam al-Syafie rahimahullah dan para ulamak bermazhab Syafie di bawah ini:

Imam Muhammad bin Idris al-Syafie (204H)
Telah berkata Imam al-Syafie rahimahullah menerusi kitabnya, al-Umm, jld. 1, ms. 318:

وأكره الْمأتم وهي الجماعة وإن لم يكن لهم بكاء فإن ذلك يحدد الحذن.

Maksudnya:
Aku benci al-ma’tam iaitu berkumpul-kumpul di rumah keluarga orang mati meskipun tidak ada tangisan kerana sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan.

Dalam kitab اعانة الطالبين, jld. 2, ms. 146 dinyatakan bahawa Imam al-Syafie rahimahullah berkata:

ويكره اتخاذ الطعام فى اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع ونقل الطعام القبور.

Maksudnya:
Dan dilarang menyediakan makanan pada hari pertama kematian, hari ketiga dan seterusnya sesudah seminggu. Dilarang juga membawa makanan ke kuburan.
Dalam kitab yang sama, jld. 2, ms. 146 dinyatakan:

وقال ايضأ: ويكره الضيافة من الطعام من اهل الميت لانه شرع فى السرور وهي بدعة.

Maksudnya:
Imam al-Syafie berkata lagi: Dibenci bertetamu dengan persiapan makanan yang disediakan oleh ahli (keluarga) si mati kerana ia adalah sesuatu yang keji dan ia adalah bid’ah.

Juga dalam kitab yang sama, jld. 2, 146-147 disebut bahawa Imam al-Syafie rahimahullah berfatwa bahawa:

ومن البد المنكرة المكروه فعله ما يفعل الناس من الوحشة والجمع والاربعين بل كل ذلك حرام.

Maksudnya:
Dan antara bid’ah yang mungkar ialah kebiasaan (adat) orang yang melahirkan rasa kesedihannya sambil berkumpul beramai-ramai melalui upacara (kenduri arwah) di hari keempat puluh (empat puluh harinya) padahal semuanya ini adalah haram.

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi (676H)
Imam al-Nawawi rahimahullah (676H) berkata di dalam kitabnya, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, jld. 5, ms. 186 menyebut:

Adapun hidangan yang disiapkan oleh keluarga si mayat dan mengumpulkan orang ramai pada hidangan tersebut maka tidak ada satupun dalil yang menyebutkannya. Amalan seperti itu tidak dianjurkan, bahkan termasuk bid’ah.
Sementara itu, menerusi kitabnya yang sama, jld. 5, ms. 306 beliau menerangkan:

وأما الجلوس للتعزية: فنص الشافعي والمصنف أي صاحب المهذب وهو الشيرازي، وسائر الأصحاب على كراهيتة، ونقل الشيخ أبو حامد في (التعليق) وآخرون عن نص الشافعي، قاوا: يعني الجلوس لها، أن يجتمع أهل البيت في بيت، فيقصدون من أراد التعزية. قالوا: بل ينبغي أن ينصرفوا في حوائجهم، فمن صادفهم عزاهم، ولا فرق بين الرجال والنسآء في كراهة الجلوس لها.

Maksudnya:
Dan adapun berkumpul untuk takziah, maka (Imam) Syafie dan pengarang kitab al-Muhadzdzab iaitu al-Shirazi dan semua sahabat-sahabatnya, mereka telah menetapkan bahawa perbuatan itu adalah perkara yang dibenci. Syeikh Abu Hamid telah menukilkan dalam (al-Ta’liq) dan ulamak yang lain daripada nas Syafie, mereka mengatakan: yakni duduk untuk takziah iaitu keluarga si mati berkumpul di rumah lalu mereka menunggu orang yang ingin bertakziah.

Beliau berkata: Mereka mengatakan: Bahkan hendaklah mereka beredar pergi untuk berusaha memenuhi keperluan hidup mereka. Maka sesiapa yang terserempak menemui mereka, maka bolehlah dia bertakziah kepada mereka. Tidak ada perbezaan di antara kaum lelaki dan kaum wanita pada larangan duduk berkumpul (di rumah si mati) untuk tujuan bertakziah.

Dalam kenyataannya yang lain, beliau berkata ketika mengulas kenyataan Imam al-Syafie berkenaan amalan kenduri arwah:

واستدل له المصنف وغيره بدليل آخر وهو أنه محدث.

Maksudnya:
Pengarang (Imam al-Syafie) dan ulamak-ulamak yang lain berpendapat berdasarkan dalil yang lain bahawa perbuatan itu – yakni mengadakan perkumpulan – adalah merupakan bid’ah.

Syeikh Mustafa Khin, Syeikh Mustafa al-Bugha dan ‘Ali al-Syarbaji
Berkata ketiga-tiga tokoh semasa bermazhab Syafie di atas menerusi kitab mereka, al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Mazhab al-Imam al-Syafi’i, jld. 1, ms. 263 berkenaan hukum mengadakan kenduri arwah:

Antara amalan bid’ah yang dibuat oleh keluarga si mati ialah mengumpulkan orang ramai menjamu makanan mengikut berlalunya 40 hari dan seumpamanya. Sekiranya perbelanjaan makanan itu adalah hasil daripada harta peninggalan (si mati) sedangkan masih ada di kalangan mereka waris ada yang belum baligh, maka perbuatan itu termasuk dari perkara lebihan yang haram. Ini kerana ia memakan harta benda anak yatim dan melenyapkannya bukan untuk kepentingan anak yatim itu. Setiap apa yang memanggil dan memakannya juga turut terbabit dalam melakukan perbuatan haram ini.
Mereka juga menyebut:

Menyusahkan keluarga si mati bagi menyediakan makanan dan menghimpunkan orang ramai kepada makanan itu seperti yang berlaku di zaman ini adalah bid’ah yang amat bertentangan dengan sunnah.
Dalam kitab yang sama, jld. 1, ms. 286 mereka juga menegaskan:

Keluarga si mati sibuk membuat makanan dan menjemput orang ramai untuk menikmatinya sebagaimana yang biasa dilakukan di zaman sekarang. Perbuatan tersebut adalah bid’ah yang berlawanan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Syeikh al-Ramli al-Syafie
Disebutkan di dalam kitab fiqh Hasyiyatul Qalyubi bahawa:

قال شخنا الرملي: ومن البدع المنكرة المكروهة فعلها كما في الروضة ما يفعله الناس مما يسمى الكفارة، ومن صنع طعاما للإجتماع عليه قبل الموت أو بعده ومن الذبح على القبور.

Maksudnya:
Syeikh kami, al-Ramli berkata: “Di antara bid’ah yang mungkarah (yang tidak dibenarkan agama) yang tidak disukai dikerjakan iaitu sebagaimana diterangkan dalam kitab al-Raudhah iaitu apa yang dikerjakan orang yang disebut kifarah dan hidangan makanan untuk acara berkumpul di rumah keluarga si mati, baik sebelum mahupun sesudah kematian dan juga penyembelihan di kuburan.

Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari al-Syafie
Beliau yang merupakan seorang ulamak bermazhab Syafie menulis di dalam kitabnya Sabil al-Muhtadin, jld. 2, ms. 87:

Dan makruh lagi bid’ah bagi yang kematian memperbuat makanan yang diserukannya segala manusia atas memakan dia dahulu daripada menanam dia dan kemudian daripadanya seperti yang telah teradat.
Seterusnya beliau juga berfatwa:

Dan demikian juga makruh lagi bid’ah bagi segala mereka yang diserunya memperkenankan seruannya dan haram menyediakan makanan akan yang menangis dengan menyawak kerana yang demikian itu menolong atas perbuatan maksiat.

Syeikh Zainul Abidin bin Muhammad al-Fatani al-Syafie
Dalam kitabnya, Kashfu al-Litham, jld. 1, ms. 85 beliau menjelaskan:

Barang yang dikerjakan oleh ahli mayat daripada memperusahakan makanan dan berhimpun manusia atasnya dahulu daripada tanam mayat dan kemudian daripadanya dan menyembelih pada kubur dan demikian lagi yang dikerjakan oleh manusia dengan barang yang dinamakan dia dengan kaffarah dan daripada dikerjakan washah yakni berhimpun memberi makan awal malam kemudian daripada ditanam mayat dan 7 hari dan 20 dan 40 (hari) dan umpama yang demikian itu seperti yang diperbuat oleh kebanyakan orang itu maka adalah segala yang tersebut itu makruh yang dicela syarak kerana tegah pada syarak.

Sebenarnya masih terlalu banyak fatwa Imam al-Syafie dan para ulamak bermazhab Syafie berkenaan dengan keharaman mengerjakan kenduri arwah yang tidak sempat penulis kemukakan di sini. Walau bagaimanapun, penulis merasakan adalah cukup sekadar dinukilkan sebahagian sahaja ucapan mereka di sini sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas.

Kesimpulannya, jelas kepada kita bahawa majlis kenduri arwah iaitu mengadakan perkumpulan orang ramai di rumah keluarga si mati dengan persiapan makanan yang dibuat oleh keluarga si mati adalah perbuatan haram yang amat ditegah di sisi agama. Oleh sebab itu kita dapati Imam al-Syafie bersama para imam lainnya termasuk Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad secara ijmak/sepakat dalam mengharamkan kenduri arwah.

Ini sebagaimana yang disebutkan oleh Syeikh Ahmad Abdurrahman al-Banna di dalam kitabnya berjudul Fathurrabbani Tartib Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, jld. 8, ms. 95-96:

Telah sepakat imam (mazhab) yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafie dan Ahmad) atas tidak disukainya keluarga si mati membuat makanan untuk orang ramai yang mana mereka berkumpul di situ berdalil dengan hadis Jarir bin Abdullah. Dan zahirnya adalah haram kerana meratapi mayat hukumnya haram, sedangkan para sahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah keluarga di mati) bahagian dari meratap dan ia (amalan) itu (jelas) haram.

Pengertian Bidaah Hasanah; Kupasan dari Mazhab Syafie

Antara ucapan (qaul) Imam al-Syafie yang disalah ertikan oleh sebahagian masyarakat Islam sehingga menjadi isu kontroversi dan polemik ialah tentang maksud dan pembahagian bid’ah yang mana beliau pernah berkata:

ينقسم البدعة الى حسنة وسيئة، او محمودة ومذمومة. وعلى هذا تشتمل كل حادث بعد عصر الرسول الله صلى الله عليه وسلم وعصر. الخلفاء الراشدين.

Maksudnya:

Bid’ah itu terbahagi kepada yang baik (hasanah) dan yang buruk (sayyi’ah) atau terpuji (mahmudah) dan tercela (mazmumah). Dalam perkara ini, termasuklah setiap yang diada-adakan selepas zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan zaman Khulafa’ al-Rasyidin. [1]

عن حرملة بن يحي رحمه الله قال: سمعت الشافعي رحمه الله تعال يقول: البدعة بدعتان. بدعة محمودة و بدعة مذمومة. فما وافق السنة فهو محمود وما خالف السنة فهو مذموم.

Maksudnya:

Dari Harmalah bin Yahya rahimahullah berkata: Aku mendengar al-Syafie rahimahullah berkata: Bid’ah ada dua iaitu bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Apa yang bersesuaian dengan al-Sunnah maka itu adalah terpuji dan apa yang bertentangan dengan al-Sunnah maka itu tercela.[2]

وقال الربيع رحمه الله: قال الشافعي رحمه الله تعال: المحدثات من الامور ضربان: احدهما ما احدث يخالف كتابا او سنة او اجماعا او اثارا فهذه البدعة الضلالة. والثاني من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا فهي غير مذمومة.

Maksudnya:

Berkata ar-Rabi’ rahimahullah: Telah berkata al-Syafie rahimahullah: Perkara-perkara yang diada-adakan itu terbahagi kepada dua: Yang pertama, apa yang dicipta bertentangan dengan al-Kitab, al-Sunnah, ijmak atau atsar, maka inilah bid’ah yang sesat. Kedua, apa yang dicipta berupa kebaikan yang tidak bertentangan dengan salah satu dari perkara (al-Kitab, al-Sunnah, ijmak atau atsar sahabat), maka itu ciptaan yang tidak tercela. [3]

Persoalan-persoalan (syubhat) yang timbul dari qaul Imam al-Syafie di atas telah dijelaskan oleh ulamak al-Salaf al-Shalih, antaranya Abdul Qayyum bin Muhammad Nasir as-Sahaibani rahimahullah. Beliau telah membincangkan dengan membawa keterangan berikut:

PERTAMA:

Tidak seharusnya diterima perkataan seseorang manusia yang bertentangan dengan perkataan (sabda) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam walau siapa pun orangnya. Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hujah bagi setiap orang dan bukan pula perkataan seseorang itu menjadi hujah untuk menentang (meninggalkan) sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam[4] sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda tentang persoalan bid’ah:

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Maksudnya:

Setiap yang bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat itu ke dalam neraka.

Dalam hal ini Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anh berkata:

لَيْسَ اَحَد اِلاَّ وَيُؤْخَذُ مِنْ رَاْيِهِ وَيُتْرَكُ مَا خَلاَ النَّبِي صَلَّى الله ُعلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Maksudnya:

Tidak ada pendapat seseorang (yang boleh terus diterima kerana) ia boleh diambil atau ditinggalkan kecuali pendapat (sabda) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.[5]

KEDUA:

Sesiapa yang mahu memberi perhatian (memahami) tentang qaul Imam al-Syafie (membahagikan bid’ah kepada yang baik dan tercela) maka tidak akan meragui bahawa yang dimaksudkan oleh Imam al-Syafie ialah bid’ah dari segi bahasa bukan syar’i. Ini berdalilkan (kenyataan Imam al-Syafie) sesungguhnya setiap bid’ah dalam syarak (agama) adalah bertentangan dengan al-Kitab dan al-Sunnah. Imam al-Syafie sendiri mengaitkan bid’ah yang baik dengan apa yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah kerana setiap bid’ah dalam syarak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan al-Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:[6]


Maksudnya:

Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu.[7]

قال رسول الله صَلَّى الله ُعلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ.

Maksudnya:

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Sesiapa yang mengada-adakan (mencipta) yang baru dalam urusan (agama) ini yang bukan darinya maka ia tertolak. [8]

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

Maksudnya:

Barangsiapa yang mengerjakan satu amal yang bukan dari suruhan kami maka ia tertolak.[9]

Apa yang dimaksudkan oleh Imam al-Syafie sebagai bid’ah yang mahmudah (baik/terpuji), misalnya pembukuan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sembahyang tarawih, ini amat tepat menurut definisi bahasa kerana walaupun ia tidak ada contoh sebelumnya tetapi ia ada dasarnya dari syarak.[10]

Begitu juga dengan pembinaan madrasah kerana belajar itu wajib menurut syarak, pastinya pembelajaran yang sempurna dan selesai ialah madrasah. Semua yang berkaitan dengan dunia yang tidak memudaratkan adalah bid’ah keduniaan yang hasanah dan tidak bertentangan dengan syarak.

Penjelasan di atas menunjukkan bahawa setiap bid’ah yang dikatakan terpuji sebenarnya ia bukanlah bid’ah, kerana ia tidak melibatkan urusan agama hanya disangka sebagai bid’ah lantaran kurang memahami istilah bid’ah dari segi bahasa dan syarak. Adapun bid’ah yang dianggap keji dan sesat setelah didapati secara qath’i (pasti) ialah yang bertentangan dengan al-Kitab dan al-Sunnah dan jelas tiada dalilnya dari syarak.[11]

KETIGA:

Memang sudah diketahui tentang pendirian Imam al-Syafie rahimahullah yang tegas, beliau sangat teliti dalam mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan sangat benci kepada muqallid (orang yang bertaklid buta) dan orang yang menolak hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini terbukti semasa beliau disoal tentang sesuatu perkara maka beliau menjawab:

Wahai orang yang bertanya! Bumi manakah yang akan aku pijak dan langit manakah yang akan aku berlindung apabila aku telah meriwayatkan sesuatu hadis Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian aku tidak berkata dengannya? Sewajarnya bagiku mendengar dan melihat (patuh dan taat kepada hadis).

Kalau demikianlah pengakuan, sikap, pendirian dan pegangan Imam al-Syafie rahimahullah terhadap hadis Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tidak sepatutnya seseorang itu berprasangka terhadapnya sehingga melagakan pandangan beliau dengan hadis sahih[12] terutamanya hadis di bawah ini:

فَاِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Maksudnya:

Sesungguhnya setiap yang bid’ah itu menyesatkan.

Yang paling tepat dan benar ialah perkataan Imam al-Syafie rahimahullah ini semestinya diletakkan di tempat yang sesuai dengan hadis di atas bukan (dijadikan alasan) untuk menentang hadis tersebut, kerana apa yang dimaksudkan oleh Imam al-Syafie rahimahullah ialah bid’ah dari segi bahasa[13] (لغوي) sahaja bukan dari segi syarak atau dalam persoalan agama.

Imam al-Syafie rahimahullah pernah menegaskan dengan perkataan beliau:

قال الشافعي رحمه الله تعالى: اذا وجد تم فى كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقولوا بها ودعواما قلته.

Maksudnya:

Berkata al-Syafie rahimahullah: Apabila kamu temui di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan sunnah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka berkatalah (ambillah/berpeganglah) kamu dengan sunnah tersebut dan hendaklah kamu tinggalkan apa yang telah aku katakan. [14]

قال الشافعي رحمه الله تعالى: كل حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم فهو قولي و ان لم تسمعوه مني.

Maksudnya:

Berkata al-Syafie rahimahullah: Setiap hadis daripada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ucapanku (ikutanku) walaupun kamu tidak pernah mendengar dariku.

قال الشافعي رحمه الله تعالى: كل مسالة صح فيها الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم عند اهل النقل بخلاف ما قلت، فانا راجع عنها فى حياتي وبعد موتي.

Maksudnya:

Setiap masalah yang benar datangnya daripada Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam menurut ahli Naql sedangkan ia bertentangan dengan apa yang telah aku katakan, maka aku akan kembali merujuk pada hadis itu selama hidupku atau setelah kematianku. [15]

عن الامام ابي حنيفة ومالك والشافعي واحمد انهم قالوا: لايحل لاحد ان يفتى بكلامنا او ياْخذ بقولنا ما لَم يعرف من اين اخذنا.

Maksudnya:

Dari Imam Abu Hanifah, Malik, al-Syafie dan Ahmad mereka berkata: Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk memberi fatwa dengan perkataan kami atau berpegang dengan perkataan kami selagi dia tidak mengetahui dari mana kami mengambil perkataan tersebut. [16]



[1] Lihat البدعة تحديدها ومو قف الا سلام منها ms. 160. Dr. Izzat Ali ‘Atiah. Darul Kitab al-Arabi, Lebnon.

[2] Lihat الباعث على انكار البدع والحوادث ms. 12. Abu Syamah asy-Syafie.

[3] Lihat الحاوي jld. 1, ms. 539 oleh Imam al-Suyuthi, Tahqiq oleh Muhammad Muhyidin Abdul Hamid. Terbitan at-Tijariyah.

[4] Lihat:

1) اللمع فى الرد على محسني البدع ms. 36 Abdul Qayyum bin Muhammad bin Hashir as-Sahaibani.

2) منا قب الشافعي jld. 1, ms. 469.

3) الباعث على انكار البدع والحواد ث ms. 94. Syihabudin Abu Muhammad Abdul Rahman bin Ismail (lebih dikenali dengan laqab) Abu Syamah.

[5] Lihat فتاو ائة المسلمين ms. 138 Mahmud Khatab as-Subki. Al-Istiqamah.

[6] Lihat اللمع فى رد على محسني البدع ms. 37. Abdul Qayyim bin Muhammad bin Nashir as-Sahaibani.

[7] Surah al-Maidah: 5.

[8] Hadis riwayat Ahmad (no. 24840) dan al-Bukhari (no. 2499).

[9] Hadis riwayat al-Bukhari.

[10] Lihat: اللمع فى رد على محسني البدع ms. 38.

[11] Ibid.

[12] Ibid. ms. 39.

[13] Ibid. ms. 39.

[14] Lihat المجموع jld. 1, ms. 63.

[15] Lihat سير اعلام النبلاء jld. 10, ms. 34.

[16] Lihat:

1) الا حكام فى اصول الا حام jld. 1, ms. 145. Abu Ali bin Hazam al-Andulusi.

2) جامع بيان العم وفضله jld. 1, ms. 147. Abu ‘Umar Yusuf bin Abd al-Barr al-Qurthubi.

3) الفتاوى jld. 1, ms. 147.

assalammualaikum...

assalammualaikum...