Para ulama sepakat, siapa saja yang dengan sengaja menghina dan menjelekkan sahabat Rasulullah maka dia telah dianggap keluar dari Islam.
Seluruh ulama yang hadir dalam kajian Islam ke-14 di Al-Azhar, Kairo, menyepakati pernyataan Syaikhul Azhar Sayyid Dr. Muhammad Thanthawi bahwa siapa saja yang menghina dan menjelekkan sahabat Rasulullah, berarti keluar dari Islam. Pernyataan ini dikemukakan Syeikh Thanthawi pada saat kajian yang mengambil topik “Para Sahabat Rasulullah.”
“Barangsiapa dengan sengaja menghina dan menjelekkan sahabat Rasulullah, maka dia telah dianggap keluar dari Islam. Islam melarang penghinaan semacam itu,” katanya seperti dikutip di Harian Asyarqul Awsath (Arab Saudi) edisi Selasa, (2/3) lalu.
“Para sahabat Rasulullah itu adalah tokoh yang dipuji oleh Allah dan Rasulullah, yang tak layak dicaci dan dihina siapa pun,” lanjutnya.
Dalam makalahnya, Dr. Abdus Salam Al-Ibadi, Menteri Wakaf Yordania sangat pihatin dengan ketegangan yang terjadi antara Syiah dan Suni, khususnya di wilayah negara-negara Teluk. Ia menginginkan adanya pendekatan baru terhadap dua kelompok ini untuk menciptakan perdamaian Islam yang hakiki.
Hal senada dikemukakan Sayid Ali Al-Hasyimi, Ketua Mahkamah Agung Uni Emirat Arab.
Menurutnya, dua kelompok Syiah dan Sunni ini sudah lama hidup berdampingan di Emirat. Selama ini antara Sunnah dan Syiah terjadi perbedaan dalam soal siapa yang lebih utama (mufadhalah) dalam sahabat.
“Masalah ini adalah masalah dzanniyah, bukan qath’i menurut faham ahlussunnah wal jamaah,” katanya, seraya menyitir pendapat yang mengukuhkan pendapat itu, antara lain Imam Baqillani, Imam Haramain, Al-Ghazali, Al-Mawardi, Al-Maziri, Syarif Al-Jurjani, Al-Qurthubi, At-Taftazani, Syahrawardi, Ibnu Hajar Al-Haytsami, dan lain sebagainya.
Syeikh Yahya Ar-Rafi’i, Qadli Besar Libanon yang mewakili Mufti Libanon Syaikh Muhammad Rasyid Al-Qabbani, menyatakan bahwa dialog antara Sunnah dan Syiah hanya mercu suar saja yang tak memiliki dampak apa pun. [Sumber: hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment